Blog Archive

Saturday, October 15, 2011

MLM itu Dosa?

Kata-kata itu aku dapat dari keluargaku. Saat aku ingin masuk ke sebuah MLM atas doktrinisasi teman (berhasil dah tu orang), seluruh keluargaku mengantisipasiku dengan kata-kata MLM itu dosa. Bahkan om ku yang merupakan orang yang sering mendoktrinisasi keluarga kami dengan MLM bilang seperti itu. Dia bilang MLM itu dosa, MLM itu harus bohong. Diakhir-akhirnya dia bilang dengan inti seperti ini, ikut aja MLM om, ntr om ajarin gimana ber-MLM ria (lho?).




Sebenarnya mungkin bukan dosa. Tapi semua orang berlomba-lomba untuk memasukkan keluarga dan sanaknya untuk ikut MLMnya dan jadi jaringannya. Perlu diketahui MLM adalah bisnis masa kini. Yang namanya bisnis itu usaha. Yang namanya usaha itu sunnah rasul. Tergantung dari cara apa yang dia pake. Nah ini dia yang dilupakan orang. Akankah orang itu akan menipu dengan menjual janji atau membantu seperti sebuah keluarga bekerja.

MLM (Multi Level Marketing) hanyalah sebuah pekerjaan baru yang dianggap rendah oleh orang pedalaman masa kini. Kenapa aku bilang pedalaman? Karena orang pedalaman - maaf, tidak bisa menerima budaya luar, takut, maka ini menjadi penghambat dari akulturasi budaya.

MLM seperti konsep dari masing-masing orang mempersepsikannya. MLM memberikan pelajaran yang bagus, sistem yang kokoh, dan dapat membuat orang pintar berbicara. Ini semua karena MLM dilakukan "learning by doing". MLM menjual janji, yah benar menjual janji. Untuk orang-orang berpikiran sinis, menjual janji adalah sikap rendahan, jelek, seperti salesman produk aneh-aneh di TV. Tetapi untuk sebagian orang seperti aku, menjual mimpi tidaklah buruk. Sama sekali bukan hal yang rendahan, murahan, melainkan tujuan yang mulia. Menjual mimpi itu mengarahkan kita ingin jadi seperti apa, apa yang kita impikan. Mengapa aku bilang seperti itu? Ini terjadi saat pertama kali aku ikut sebuah MLM yang berasal dari negara cina.



Mimpi, aku mungkin berandai-andai jadi ini itu yang aku mau. Tapi aku tidak punya keinginan untuk mencapainya. Terlebih lagi orang-orang yang ingin hidup biasa saja dan pas-pasan. Boro-boro keinginan, mimpi aja ga ada, mungkin ingin jadi pegawai negeri sudah cukup. Sedangkan dalam MLM yang aku masuki, aku diajari bermimpi, berhasrat, berkeinginan, otomatis berniat. MLM sangat membuka pikiranku, memotivasi diriku yang 'gitu-gitu' aja, membuatku memimpikan sesuatu yang besar dan berguna. Apa itu hal yang rendah? Sama sekali tidak. Percaya dengan Tuhan? Ingat kata-kata seperti ini: Mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan.

Allah berfirman: Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku, pasti akan Ku-kabulkan. Dan siapa yang memohon kepada-Ku pasti akan Ku-beri, dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku pasti akan Ku-ampuni. (HR. Bukhari, Muslim, Maliki, Tirmidzi)

Jika sudah ada kata-kata seperti itu, seharusnya malulah orang-orang yang tidak punya keinginan. Keinginan aja ga ada, mau jadi biasa-biasa, maka hiduplah biasa-biasa saja. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Mendengar, Maha Mengetahui apa yang ada dihati dan pikiran makhluknya, dan itu adalah kebenaran yang absolut, tidak dapat diganggu gugat. Sebelum akhirnya aku jadi mengkuliahi lebih jauh tentang agama, mari balik lagi pada MLM ini.

Ya, akhirnya aku terdoktrinisasi karena MLM ini. Bukan hal yang negatif yang aku dapatkan, melainkan euforia yang positif dan besar, seperti membangkitkan naga yang tertidur bagiku. Tapi balik lagi, pisau jika digunakan oleh seorang ibu berbeda dengan seorang pembunuh. Aku ikut MLM cina yang dapat dikatakan bagus sekali sistemnya. Sayang seribu sayang, aku ilfeel sama MLM ini dikarenakan uplineku (atasan) ini tidak dapat bersimpati dan empati kepadaku. Bayangkan, aku sedang mengejar universitas negeri saat aku SMA, dia terus-terusan mengkuliahiku soal mimpi, dan bertanya padaku mana yang lebih penting, masa depanku atau masuk universitas negeri? Ini pertanyaan yang luar biasa konyol pemirsa. Sepersekian detik langsung ku jawab, YA MASUK UN NEGERI LAH YA! PAN INI IMPIAN GUE JUGE! dan langsung kusambut dengan bantingan tutup telpon.

Itulah yang membuatku selesai dalam MLM cina tadi, si upline yang tidak tau cara berempati. Padahal empati ini sangat penting dalam organisasi dan perusahaan, dalam berbagai buku Ipho Santosa selalu dibahas cara kanan yang paling manjur, atau kananisasi, atau bisa disebut dahulukanlah kanan, yaitu otak kanan. Empati ini terdapat di otak kanan, sedangkan otak kiri sangat kaku dan tidak berperasaan. Si upline yang membuat kehilangan satu kaki (bawahan) ini, ternyata disambut dengan kehilangan 3 kaki lainnya yang merupakan temanku semua. Alasannya mereka tidak betah oleh tingkah laku upline yang seperti bos menagih setoran, mengejar-ngejar bawahan.

Ini sangat berbeda ketika aku memasuki MLM kecantikan dari swedia yang kebetulan upline sampai downlineku wanita semua. Kami seperti saling mengerti, saling menghargai. Memang benar lagi-lagi dalam buku Ipho Santosa, wanita lebih banyak berempati. Cara yang dilakukan MLM ini juga mudah, melalui sarana online, belajar dari ebook, cari downline juga lewat online. Sangat berbeda dari yang pertama tadi. Balik lagi semua itu tergantung cara orang bertindak. Kalau saja aku tidak keluar dari MLM lama-bisa saja, aku akan menempuh jalan MLM itu dengan pikiran ingin rasanya menabok wajah uplineku yang menyebalkan. Tapi aku memilih berhenti, karena tidak nyaman. Itu saja.


Jadi, semua itu tergantung cara kita bertindak, berpikir, mempersepsikannya. Bukan tergantung MLM yang mempunyai sistem yang bagus dan pengajaran yang baik, tapi manusia-manusia di dalamnya.

No comments:

Post a Comment

Silakan memberi komentar, tanggapan kamu sangat berarti untuk perbaikan posting ini :)
Komentar yang mengandung SARA, out of topic, offensive, spam, dan yang tidak bermanfaat lainnya tidak akan ditoleransi, dan akan dihapus.